BANDUNG. TWEETUP.ID – PT. Bandara International Jawa Barat (BIJB) Kertajati Dinilai belum memanfaatkan peluang yang telah ditawarkan oleh Pemerintah pusat secara optimal, sehingga saat ini baru menunjukkan geliat belum mampu untuk runningwell.
Demikian
dikatakan Anggota Komisi IV DPRD Provinsi Jawa Barat Drs.H. Daddy Rohanady
saat diminta tanggapannya oleh TWEETUP.ID
terkait perkembangan BUMD punya Pemprov Jabar ini, di Gedung DPRD Jabar Senin
(15/5).
“Kertajati
sekarang saya lihat ada Geliat tapi belum running well, Kertajati, baru
geliat, bahwa ada umroh mulai, its OK. Tapi
berapa sih frekwensinya ? berapa volumenya ? tercover gak kapasitas jabar ?
berapa kali dia berangkat, berapa orang
yang bisa diberangkatkan dari situ, berapa pesawat ? Padahal idealnya 20 persen
penduduk Indonesia ada di Jawa Barat. Jangan salah. Itu potensi yang sangat
besar , karena kenyataan berangkatnya tetap aja cengkaren sebagian besar.” Sesalnya.
Emang
masih banyak hal yang harus ditata, tapi yang utama adalah Goodwill, kalau
goodwill dilakukan otomatis sesungguhnya ngikutin, kalau ada goodwill jalan jangan nunggu samai
akhir 23.
23
beres operasionalkan, kan tidak cukup dengan jalan saja, jalan bagus bisa
maksimal ? belum tentu. Fasilitas butuh
RS, Butuh tambahan Volume avtur pom bensinya, otomatis kan, terminal cukup gak.
Landasan
pacu untuk bandara Kertajati sesungghunya disetting 3, tidak satu. sekarang baru satu, itu settingannya ada 3.
Makanya
saya bilang kalau Kertajati running well dalam artian 100 persen, dia lahan masih kurang, kalau mau jujur , settingan kertajati itu 1800
ha existing hari ini baru 1040 ha, masih ada 760 ha harus dibebaskan.
“Sebagai
sebuah bandara disekitaran BIJB ada 5200an ha yang kita setting sebagai
aerocity. 5200 didalamnya kalau ikut, aturan Presiden kemarin PT.DI Pindah, PT
Pal Pindah relokasi disitu, bohong kalau Kertajati gak hidup. !”ungkap Daddy.
Kita
ini termasuk saya berkoar-koar
terus untuk apa. Mengingatkan di Jawa
Barat itu ada bandara. Bahwa itu merupakan otoritasnya pusat silahkan !.
Tapi jangan kemudian itu dijadikan kuburan, kami tidak ikhlas, sebab sebagai
salah satu wakil rakyat saya tidak mengiklaskan
kemudian Kertajati
menjadi kuburan.
“Cuma kawan PT. BIJB dan AP II juga
harusnya menangkap secepatnya, ketika Pak Jokowi sudah jelas jelas ngasih, kertajati
diberi kesempatan umroh dan haji, cepat itu optimalkan.
Kedua PT DI dan PT PAl ya harus diloby mau ke tempat kami, frekwensi
penerbangan sudah ada, jalur sudah bagus.
Bagaimana jalur pingin bagus cepat ke BPJT,
Pak tolong dipercepat realisasi jalan tol Cisumdawu diberesin, sehingga tidak ada alasan lagi orang tidak mau
berangkat dari Kertajati.”Jelas
Daddy.
Terakhir
ketika diberi opsi MRO (Maintenance
Repair and Overhaul)
itu jelas
sekali pa Jokowi
ngasih itu,seharusnya
tangkap itu dengan
baik baik, MRO itu tidak sedikit, MRO untuk pesawat TNI
dan Polri bayangkan berapa ribu pesawat mau
diperbaiki disitu, hangar dbangun cepat,
itu duit semua!.
Sebenarnya dibikin MRO utk pesawat TNI Polri aja itu bisa gak tidur karyawan BIJB, serius … Cuma saya gak ngelihat itu.. peluang ada, pusat sudah memberi goodwill. Buka pintu, tetapi tidak juga dimanfaatkan! Sesal Daddy.
PT
BIJB seharusnya ngasih
kavling
ke bebera perusahaan yang mau buka itu, itu kan hangar dibuka , beberapa perusahaan sudah minta, 20 ha, berikan itu dari
total sekitaran 84 ha, khusus untuk MRO.
Buka
itu secepatnya, peluang bisnis yang sangat besar, belum tentu datang lagi besok ganti presiden, belum
tentu
MROnya dikasih ke Kertajati.
“Saat ini untuk MRO baru 4 ha, Cuma baru beberapa
pesawat sih. Coba bayangkan
kalau 84 ha, itu uang semua..!”
Wakil Ketua
Fraksi Partai Gerindra DPRD Jawa Barat mnyebut. Saya
melihat Direksi
ini masih kurang gesit juga. Saya sempat
tegur ke biro investasi, saya bilang itu kurang gesit bu. Lusi.
Beberapa
kali di berbagi forum saya ingatkan tolong BIJB dimanfaatkan secara optimal. Itu
sdudah dikasih ruang oleh presiden.
Tetapi
kita tidak memanfaatkannya, Bodoh betul !
Bodoh betul itu, sayangnya , saya tidak di Komisi III. Kalau tidak, habis itu.
"Jangan
dibuang, bodoh betul, bodoh betul itu gak dimanfaatkan!"
“Ya masalahnya direksi kurang optimal
mengupayakan, saya tidak tahu seberapa concern mereka terhadap ini.”@