Kuningan, tweetup.id
Kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai (TNGC) diduga akibat faktor manusia. Upaya mopping up dan patroli pengawasan, serta penjagaan pada titik-titik rawan juga terus dilakukan.
Kepala Balai TNGC, Teguh Setiawan mengatakan diduga penyebab terjadinya karhutla TNGC adalah faktor manusia.
"Apakah memang disengaja atau tidak, ini yang masih dalam penyelidikan bersama dengan pihak penegak hukum," katanya, Rabu 28 September 2022.
Dijelaskan Teguh, api pertama kali muncul di Jalan Maling, Blok Cileutik, Kecamatan Pasawahan, Kabupaten Kuningan, Minggu 25 September 2022.
Api kemudian mulai menyebar ke berbagai titik lainnya karena angin yang cukup kencang, panas terik matahari, dan kondisi semak belukar kering yang cukup tinggi.
"Titik api juga menyebar ke Blok Erpah, Situmpuk, hingga Manguntapa. Api kemudian padam pada Selasa 27 September 2022, pukul 01.08 WIB," jelasnya.
Tim kembali melakukan mopping up pada Selasa 27 September 2022 pukul 08.00 WIB di lokasi yang sama. Tujuannya untuk memastikan, apakah api sudah benar-benar padam.
"Namun, kepulan asap kembali terpantau dari Blok Pejaten pada pukul 07.30 WIB di Blok Gunung Rangkong. Tim bergegas melakukan penghadangan dari Blok Batu Luhur dan Pejaten," terangnya.
Hingga pukul 19.00 WIB, tim masih melakukan pemadaman di blok Pejaten, tepatnya Grid 21 (tower sutet 138). Pemadaman di Blok Pejaten dan Batu Luhur berhasil dipadamkan pukul 20.17 WIB.
‘’Untuk pengukuran luasan lahan yang terbakar, akan dilakukan setelah pemadaman selesai dilakukan dan clear tidak ada bara api lagi yang menyala,’’ katanya. *** H Aboy/Ariesmen