Geisz Chalifah vs Pantas Nainggolan |
TWEETUP.ID | Program sumur resapan di trotoar era Gubernur Anies Baswedan dikritik Anggota DPRD DKI Fraksi PDIP. Komisaris Ancol menjawab.
Pantas Nainggolan menilai cara pembuatan sumur resapan itu dianggapnya tak efektif untuk menangani genangan banjir di Ibu Kota.
Pandangannya itu, disampaikan Pantas Nainggolan, dalam acara salah satu televisi swasta.
Pantas mengawali paparannya dengan menyindir posisi Geisz Chalifah sebagai Komisaris PT Pembangunan Jaya Ancol, yang kerap pasang badan membela Anies.
Bagi Pantas, tak ada progres signifikan terkait penanganan banjir di Jakarta selama era Anies.
"Ada semacam kekakuan bagi gubernur sekarang melanjutkan apa yang sudah direncanakan oleh gubernur-gubernur terdahulu," katanya, Selasa 16 November 2021.
Pantas merasa heran karena seharusnya Pemprov DKI di bawah Anies memiliki roadmap jelas untuk mengurangi titik genangan banjir. Dia juga menyoroti saat ini Pemprov DKI yang gencar membuat sumur resapan.
"Satu-satunya yang agak menonjol dari gubernur yang sekarang ini adalah pembangunan sumur resapan. Itu pun di akhir masa bakti, hanya terjadi di bulan-bulan terakhir 2021 ini saja," terangnya.
Menurut Pantas, program sumur resapan tidak efektif dan tidak terkoordinasi. Salah satunya pembuatan sumur resapan di trotoar sepanjang Banjir Kanal Timur (BKT). Padahal, trotoar di BKT baru diperbaiki.
Lalu, Dia menyebut Anies mestinya fokus memprioritaskan waduk dan sungai. Namun, eks Mendikbud itu dinilai tak jalan karena hanya mau dengan konsep naturalisasi.
"Beliau selalu menekankan tentang naturalisasi. Itu yang membuat penanganan banjir tidak produktif," sebut Pantas.
Giliran Geisz Chalifah tampil dia membalas omongan Pantas soal posisinya sebagai Komisaris Ancol dan membela Anies.
"Apa problemnya saya di Ancol? Saya Geisz Chalifah lahir di Letjen Soeprapro, Poncol Senen. Besar di Jakarta, saya ngerti tentang Jakarta," katanya.
Dia justru heran dengan Pantas yang notabene Anggota DPRD DKI dianggapnya tak paham Jakarta.
Kata Geisz, ketidakpahaman itu misalnya seperti Monas sebagai cagar budaya.
"Apalagi mau bicara Jakarta yang lain-lain. Itu soal positioning. Yang pasti saya warga Jakarta melihat juga bagaimana pola kerja Pak Pantas sebagai anggota DPRD. Menurut saya tidak representatif. Itu kalau mau bicara tentang posisi," jelasnya.
Geisz juga menjawab progres Anies dalam penanganan banjir di Ibu Kota. Dia bilang selama Anies jadi Gubernur DKI, banjir tidak pernah terjadi di bundaran Hotel Indonesia (HI). Selain bundaran HI, Istana Negara disebutnya juga tak pernah banjir.
"Selama Anies gubernur, Istana Negara tidak pernah kebanjiran. Di masa sebelumnya pernah kebanjiran tidak? Akui ada banjir nggak sebelum Anies di HI, di Istana?" lanjut Geisz.
"Selama Anies tidak pernah banjir. Itu progres bukan? Itu fakta yang tidak bisa dibantahkan," ujarnya.
Geisz juga heran dengan persoalan sumur resahan, heboh karena unggahan Ferdinand Hutahaean di media sosial.
Dia bingung orang semacam Ferdinand selalu diungkit meski sudah berkali-kali keliru tentang program Anies.
"Karena nafsunya dia untuk melakukan hal negatif tentang Anies dan dia sudah berkali-kali salah. Cuma herannya diungkit lagi orang semacam ini," ujarnya.
Geisz juga menjelaskan, Wakil Gubernur DKI Ahmad Riza Patria atau Ariza sudah menjelaskan terkait peran sumur resapan di trotoar.
"Itu sudah diterangkan oleh Ariza bahwa tidak serta merta membangun di atas itu terus di bawahnya nggak ada salurannya. Ya, nggak kayak begitu," tutupnya.***