masukkan script iklan disini
Tweetup.id - Sepanjang masa pandemi Corona COVID-19 mengharuskan para peserta didik sekolah untuk sementara ini belajar dari rumah. Dan teknologi jaringan internet pun jadi andalan untuk bisa tetap memaksimalkan sejumlah pelajaran meski tak hadir langsung di sekolah.
Namun sayangnya, tak semua siswa bisa mendapatkan akses dan lokasi yang memadai untuk bisa tetap terhubung dengan internet, bahkan di momen-momen penting seperti mengerjakan ujian secara online.
Bila ada sejumlah murid merasa cukup diuntungkan dengan metode belajar secara online karena tak perlu repot bergegas menuju sekolah, tapi hal itu tidak berlaku bagi Veveonah Mosibin.
Veveonah merupakan siswi dari sebuah yayasan pendidikan di Sabah, Malaysia yang harus berjuang menghabiskan 24 jam waktunya di atas pohon pada sebuah area perbukitan.
Perjuangan tersebut meski dilakoni Veveonah demi mendapatkan koneksi internet guna bisa menyelesaikan ujian sekolahnya yang digelar secara online.
Pengalaman uniknya itu pun akhirnya diabadikan Veveonah dalam chanel YouTube pribadinya pada Sabtu 13 Juni 2020.
Dalam video itu, Veveonah menjelaskan bahwa dia awalnya tidak merencanakan untuk melakukan ujian di pohon ketika dia berhasil membangun gubuk di atas bukit dengan koneksi internet yang baik.
Sayangnya, saat ia harus kecewa saat menemukan gubuk yang sebelumnya ia buat telah runtuh sebagian karena diterpa angin dan hujan lebat. Hal itu pun memaksanya untuk mencari solusi cepat terbaik.
Dia kemudian dengan cepat memutuskan untuk naik ke puncak pohon sebagai pilihan terbaiknya untuk mendapatkan sinyal dengan baik.
Bermodalkan ponsel, powerbank, sebotol air, makanan, kelambu, dan alat-alat lain untuk membantunya dalam ujian. Ia dengan cepat menyiapkan tempat di pucuk pohon untuk dirinya mengerjakan ujian dalam 24 jam.
Dalam 24 jam ia harus tinggal di pohon, bukanlah perkara mudah. Karena, ia tak bisa tidur nyenyak di malam hari karena kedinginan dan suara-suara aneh di malam hari.
Veveonah juga harus “berinteraksi” dengan seekor lebah berjuluk “pembunuh Asia” yang entah bagaimana bisa hinggap di kelambunya.
Tapi terlepas dari kondisi yang penuh tantangan dan kurangnya sumber daya, Veveonah tak pernah sekalipun mengeluh tentang situasi yang dihadapinya. Bahkan, ia justru menunjukkan pengetahuan dan sumber daya yang besar tentang lingkungannya.
Veveonah biasanya bekerja mengetuk karet di pagi hari dan bekerja di kebun keluarganya sehingga mereka memiliki cukup makanan.
Keluarganya juga biasanya tidur pada jam 7 malam untuk menghemat lilin karena desanya tidak memiliki akses listrik, ia berbagi dalam video sambil membawa nasi putih untuk makan malam. @vivacoid
Namun sayangnya, tak semua siswa bisa mendapatkan akses dan lokasi yang memadai untuk bisa tetap terhubung dengan internet, bahkan di momen-momen penting seperti mengerjakan ujian secara online.
Bila ada sejumlah murid merasa cukup diuntungkan dengan metode belajar secara online karena tak perlu repot bergegas menuju sekolah, tapi hal itu tidak berlaku bagi Veveonah Mosibin.
Veveonah merupakan siswi dari sebuah yayasan pendidikan di Sabah, Malaysia yang harus berjuang menghabiskan 24 jam waktunya di atas pohon pada sebuah area perbukitan.
Perjuangan tersebut meski dilakoni Veveonah demi mendapatkan koneksi internet guna bisa menyelesaikan ujian sekolahnya yang digelar secara online.
Pengalaman uniknya itu pun akhirnya diabadikan Veveonah dalam chanel YouTube pribadinya pada Sabtu 13 Juni 2020.
Dalam video itu, Veveonah menjelaskan bahwa dia awalnya tidak merencanakan untuk melakukan ujian di pohon ketika dia berhasil membangun gubuk di atas bukit dengan koneksi internet yang baik.
Sayangnya, saat ia harus kecewa saat menemukan gubuk yang sebelumnya ia buat telah runtuh sebagian karena diterpa angin dan hujan lebat. Hal itu pun memaksanya untuk mencari solusi cepat terbaik.
Dia kemudian dengan cepat memutuskan untuk naik ke puncak pohon sebagai pilihan terbaiknya untuk mendapatkan sinyal dengan baik.
Bermodalkan ponsel, powerbank, sebotol air, makanan, kelambu, dan alat-alat lain untuk membantunya dalam ujian. Ia dengan cepat menyiapkan tempat di pucuk pohon untuk dirinya mengerjakan ujian dalam 24 jam.
Dalam 24 jam ia harus tinggal di pohon, bukanlah perkara mudah. Karena, ia tak bisa tidur nyenyak di malam hari karena kedinginan dan suara-suara aneh di malam hari.
Veveonah juga harus “berinteraksi” dengan seekor lebah berjuluk “pembunuh Asia” yang entah bagaimana bisa hinggap di kelambunya.
Tapi terlepas dari kondisi yang penuh tantangan dan kurangnya sumber daya, Veveonah tak pernah sekalipun mengeluh tentang situasi yang dihadapinya. Bahkan, ia justru menunjukkan pengetahuan dan sumber daya yang besar tentang lingkungannya.
Veveonah biasanya bekerja mengetuk karet di pagi hari dan bekerja di kebun keluarganya sehingga mereka memiliki cukup makanan.
Keluarganya juga biasanya tidur pada jam 7 malam untuk menghemat lilin karena desanya tidak memiliki akses listrik, ia berbagi dalam video sambil membawa nasi putih untuk makan malam. @vivacoid