masukkan script iklan disini
Tweetup.com - Ratusan cacing tanah tiba-tiba muncul di kawasan Pasar Gede Solo pagi tadi. Apa yang memicu kemunculan cacing tanah misterius ini?
Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono mengatakan kemunculan ratusan cacing ke permukaan tanah di sejumlah tempat di Solo dan Klaten, Jawa Tengah, belum dapat dipastikan sebagai pertanda akan terjadi gempa.
“Munculnya cacing di beberapa tempat di Solo, akhir-akhir ini, tampaknya belum dapat dikatakan sebagai petunjuk akan terjadi gempa. Fenomena cacing tanah di daerah tersebut berdiri sendiri, tidak didukung bukti-bukti alamiah lain beserta data anomali prekursornya,” kata Daryono melalui pesan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu (19/4/2020)
Namun, dia mengatakan, isu kemunculan cacing yang dikaitkan dengan akan terjadinya gempa bukan tak berdasar.
Menurut dia, beberapa peristiwa gempa merusak di dunia, di antaranya memang diawali gejala alamiah, berupa kemunculan cacing tanah secara massal.
Di Taiwan, kemunculan cacing tanah dilaporkan pada 10 hari menjelang terjadinya gempa Chi Chi 1999. Pada peristiwa gempa Haicheng, China, 1975, beberapa hari sebelumnya juga dilaporkan adanya kemunculan cacing tanah yang sangat banyak ke permukaan tanah.
Beberapa sumber pustaka lain juga mengungkap fenomena kemunculan cacing tanah menjelang gempa, seperti kajian Chen dan kawan-kawan (2000), Rikitake (1979), Whitehead dan Ulusoy (2013), dan Liso dan Fidani (2014).
Kata dia, kemunculan cacing tanah di permukaan menjelang gempa, terkait dengan anomali gelombang elektromagnetik frekuensi rendah. Munculnya anomali ini dilaporkan terjadi beberapa hari sebelum gempa bumi.
Dalam sebuah penelitian yang mengkaji hubungan antara aktivitas cacing tanah dan kelistrikan, menempatkan beberapa elektroda yang dialiri arus listrik pada permukaan tanah yang banyak terdapat cacing tanah. Sejumlah cacing ternyata merespons anomali kelistrikan itu dengan keluar dari dalam tanah secara hampir bersamaan.
Namun demikian, kata Daryono, berdasarkan laporan kemunculan cacing yang terjadi di berbagai tempat di dunia menjelang gempa besar, ternyata selalu didukung data perilaku gejala alamiah tak lazim lainnya, seperti kemunculan ular di beberapa tempat, anjing yang terus menggonggong bersahutan, dan ikan yang melompat-lompat di kolam.
Selain perilaku aneh binatang menjelang gempa, para ilmuwan juga menandai anomali prekursor gempa. Prekursor gempa adalah sebuah anomali kondisi lingkungan fisis yang menjadi petunjuk akan terjadinya gempa.
Prekursor dapat berupa anomali permukaan tanah, elevasi muka air tanah, dan emisi radon yang terjadi berbarengan. Radon merupakan unsur radioaktif, gas radon dipercaya akan keluar ketika batuan akan melepaskan stressnya, sehingga radon menjadi parameter penting dalam prekursor gempa bumi.
“Jika tidak ada data dukung penguat lainnya maka munculnya cacing secara massal ke permukaan diduga diakibatkan perubahan kondisi cuaca, iklim, dan lingkungan yang mendadak, termasuk kemungkinan terpapar bahan kimia, seperti disinfektan dan lain-lain,” kata Daryono.
Namun demikian karena wilayah Indonesia memang rawan gempa, sebaiknya masyarakat harus selalu waspada, mengingat peristiwa gempa kuat dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dan belum dapat diprediksi, ujar Daryono.
Sebelumnya warganet dihebohkan dengan munculnya banyak cacing ke permukaan tanah di Solo yang dipercaya sebagai pertanda akan terjadi gempa.
Disinfektan?
Sementara itu, pakar Lingkungan Hidup Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Prabang Setyono, tidak sepakat dengan dugaan masyarakat yang menilai fenomena kemunculan cacing tanah itu akibat penyemprotan disinfektan yang masif saat pandemi virus Corona atau COVID-19.
"Kalau disinfektan kan seperti spray, saya kira bukan. Kecuali kalau disinfektan disemprot di satu titik dengan jumlah besar mungkin langsung keluar. Tapi ini kejadiannya di berbagai tempat, jadi saya kira bukan," kata Prabang kepada wartawan, Sabtu (18/4/2020).
Menurutnya, cacing akan keluar dari tanah secara alami jika ada perubahan kondisi tanah secara drastis. Dia menyebut peristiwa kali ini berbeda dengan kondisi sebelumnya.
"Biasanya kalau kelembaban tanah berubah drastis, atau kalau di dalam tanah panas, maka dia keluar. Tapi tahun ini sepertinya ada anomali," katanya. (ais)
#Cacing Tanah, #Klaten, #Solo, #BMKG, #Pakar Lingkungan,