masukkan script iklan disini
Peneliti Madya Bidang Geofisika Terapan itu menduga sumber suara berasal dari petir di sekitar kawasan Bogor, Jawa Barat.
"Saya kira bukan dari anak krakatau ya, karena lokasinya terlalu jauh dan letusannya cukup kecil saja," kata Nugroho saat dihubungi Tagar, Sabtu, 11 April 2020.
Mengingat pengamat mengatakan sumber bunyinya bukan berasal dari letusan gunung anak krakatau, tetapi dari kawasan Bogor, karena disana tengah hujan lebat, tak pelak spekulasi pun berkembang, bahkan ada yang menghubung-hubungkan bunyi misterius tersebut berasal dari Gunung Salak. Benarkah?
Gunung Salak telah lama dikabarkan sebagai kawasan yang mistis. Gunung yang berada di antara Bogor dan Sukabumi itu bahkan menjadi lokasi jatuhnya pesawat Sukhoi Superjet-100 yang menewaskan 45 orang pada 2012 silam.
Namun jauh sebelum kejadian itu, kesan angker sudah lama dilekatkan masyarakat untuk Gunung Salak. Apa yang membuat warga setempat beranggapan demikian?
Gunung Salak disebut sebagai kabuyutan oleh penduduk sekitar. Dalam kepercayaan Sunda, gunung dengan ketinggian 2211 mdpl itu dianggap sebagai lokasi turun dan bersemayamnya para batara dari kahyangan.
Tak hanya itu, Gunung Salak juga diyakini sebagai gunung yang suci. Sebab, di sanalah Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja terakhir terlihat. Sebagai informasi, Prabu Siliwangi adalah raja dari Kerajaan Sunda Galuh yang pernah berjaya.
Anggapan mistis Gunung Salak juga didukung dengan kabar bahwa banyak pendaki yang tersesat bahkan hilang di sana. Hal itu dapat dinalar karena jalur pendakian di Salak cukup banyak, yakni jalur Wana Wisata Cangkuang, Wana Wisata Curug Pilung, Cimelati, Pasir Rengit, dan Ciawi.
Jalur-jalur pendakian itu seringnya bersimpangan sehingga membingungkan para pendaki. Bahkan setelah berhasil ditemukan, biasanya pendaki itu pulang membawa kisah-kisah horor yang dialaminya selama mendaki Gunung Salak.
Sebenarnya, pengalaman mistis yang sering dialami pendaki bisa dijelaskan secara sains. Menurut penelitian Dr. Herman Brugger, Institute of Mountain Emergency Medicine di Eurac Research, Bolzano, Italia, pendaki sering mengalami halusinasi atau delusi dalam ketinggian ekstrem.
Hal itu diakibatkan kekurangan oksigen sehingga menyebabkan pembengkakan pada area otak tertentu. Alhasil, pendaki mengalami gejala psikologis seperti halusinasi.
Namun halusinasi itu biasanya mulai menyerang pendaki dalam ketinggian 7000 mdpl ke atas. Sedangkan titik tertinggi Gunung Salak tidak mencapai 3000 mdpl.
Di luar anggapan mistis tentang Salak, gunung itu punya beberapa destinasi yang patut kamu pertimbangkan. Seperti Kawah Ratu, Suaka Elang, Curug Seribu, hingga Bukit Alesano.
Mencapai lokasi itu memang harus trekking cukup lama dan butuh kesiapan fisik. Tertarik untuk menantang dirimu di Gunung Salak?
#GunungSalak, #DentumanMisterius, #PrabuSiliwangi, #ErupsiAnakKrakatau,