masukkan script iklan disini
TWEETUP.ID – Kawasan Wisata Alam Nawaladatala, cocok untuk tempat
refreshing, saat weekend tiba. Lokasinya hanya 11 kilometer dari Alun-alun
Sumedang. Tepatnya di Desa Citengah, Sumedang Selatan. Disebelah pintu masuk
Curug Cigorobog.
Di tempat wisata ini, air sangat berlimpah, ada empat curug kecil yang bisa
merefresh segala macam kepenatan. Belum termasuk curug ukuran besarnya, yang
lokasinya kurang dari satu kilometer.
Karena lokasinya berada di kaki gunung –masyarakat menyebutnya Gunung
Gorobogan, tempat wisata ini juga termasuk daerah langganan selimuti kabut,
terlebih sekarang musim hujan. Kabut turun setiap hari, sejak subuh hingga
pukul 9.00.WIB dan pukul 14.00 WIB hingga dini hari.
Kasi Sejarah Lembaga Adat Nawaladatala Nunu Sunarya mengatakan saat ini
pengunjung belum dikenakan tiket masuk, baru uang kebersihan saja Rp5.000 untuk
anak-anak dan Rp10.000 untuk dewasa.
Di dalamnya sudah ada satu kolam renang, beberapa buah gazebo, satu lumbung
padi, mushola, aula besar –bisa dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan.
Ada areal untuk camping ground nya juga, cocok dijadikan tempat refresing
oleh wisatawan penggemar kemping. Ada 60 tenda yang bisa disewa, per tenda
Rp150 ribu, plus breakfast. Ukurang tendanya 2-3 m2.
“Itu sebetulnya bukan curug, hanya saluran air dari gunung yang sengaja
dilepaskan agar menjadi curug curug kecil,” katanya. Curug yang aslinya Curug
Cigorobog, tidak jauh dari sini, hanya 300 meter.
Nunu menjelaskan nawadatala, menempati lahan milik Balai Konservasi Sumber
Daya Alam sebab pengelolanya adalah kelompok tani hutan (KTH), yang mengelola
hutan alam di kawasan Gunung Masigit Kareumbi.
“Tempat ini dulunya acap dijadikan lokasi beristirahatnya kelompok tani
hutan,” katanya.
Karena lokasinya indah, tidak kalah indahnya dengan Curug Cigorobog yang
ada disebelahnya. Makanya lokasi ini diminta KTH ke kementerian untuk dijadikan
lokasi wisata.
Beruntung permintaan itu dikabulkan dan KTH pun membangun tempat kongkow
kongkownya menjadi lokasi wisata.
Kampung Adat
Kelebihan lain dari lokasi ini adalah, ada bekas perkampungan adat, yang
rumahnya hanya ada 9, tidak boleh lebih maupun kurang.
“Kampung adat namanya Bale
Pangjugjugan Nawaladatala,” katanya.
Pangjugjugan kalau dibahasa Indonesiakan tempat tujuan, atau tempat menimba
ilmu. Leluhur Desa Citengah dulunya ada yang bertugas menyampaikan pengetahuan.
“Ilmu sunda, ilmu kehidupan, ilmu kesaktian gitulah. Muridnya tidak hanya dari
Sumedang, dari Garut, dari Tasik juga ada,” katanya.
Dengan dinamai pangjugjugan itu, Nunu berharap semoga nawaladatala, nantinya
juga bisa menjadi tempat tujuan orang untuk berwisata.
Adapun Nawaladatala adalah kitab, dari kitab nawaladatala itulah, sang guru
memberikan pelajaran tentang kehidupan kepada murid-muridnya.
“Itu makanya, wisatawan yang datang kesini tidak hanya wisatawan murni
saja, tetapi juga banyak dimanfaatkan orang yang tujuan belajar,” katanya.
Nunu berkata demikian, karena saat wawancara berlangsung nawaladatala
sudah empat hari ini dimanfaatkan Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Provinsi
Jawa Barat sebagai tempat belajar berwirausaha bagi warga desa yang ingin
meningkatkan keterampilannya agar perekonomian keluarganya menjadi lebih baik.
“Peserta pelatihannya pun orang-orang desa Citengah. Dengan harapan agar saat desanya berkembang. Warga bisa berwirausaha sendiri,” katanya.
Membangun Mimpi
Nunu menerangkan, saat ini keinginan KPH memiliki tempat wisata sendiri
sudah terwujud, tetapi masih tahap awal, masih terus melakukan pembangunan dan
inovasi, agar mimpi itu bisa terwujud secara sempurna
“Masih membangun, semoga mimpi-mimpi
untuk memiliki tempat wisata alam dan wisata edukasi itu bisa terwujud
sempurna,” katanya.
Mimpi bisa terwujud sempurna, bila BKSDA sudah memberikan 20 ha lahannya
untuk dikelola KPH. “Sekarang baru 5 ha saja.Pihak kementerian memberikan izin
pengelolaan lahannya secara bertahap ,” katanya.
Bila nanti sudah mendapatkan izin pengelolaan lahan seluas 20 ha, kawasan
ini nantinya akan dibagi menjadi tiga zona, yaitu zona wisata murni, zona adat
dan zona edukasi.
Zona edukasinya seperti yang saat ini dimanfaatkan oleh Disnakertrans
Jabar. Yang tidak kalah menarik zona adat, karena nanti, akan membangun kembali
9 rumah adat atau bale panjugjugan nawaladatala.
“Untuk kedepannya, akan dibangun rumah adat yang sembilan yang namanya
kampung panjugjugan nawaladatala, 9 rumah itu nanti diaktualisasikan ke dalam
kehidupan sekarang,” pungkasnya. (aa)