• Jelajahi

    Copyright © tweetup.id
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Recent Posts

    Republika Terbitkan Dua Novel Ulama asal Sumbar

    TWEETUP
    Rabu, 05 Februari 2020, 11:16 PM WIB Last Updated 2020-02-05T16:16:53Z
    masukkan script iklan disini
    masukkan script iklan disini
    Dua Novel Tentang Ulama Diterbitkan Republika Penerbit


    TWEETUP.ID - Dua sastrawan, Khairul Jasmi dan Akmal Nasery Basral menerbitkan buku karya terbarunya. Dua novel ini, diterbitkan oleh Republika Penerbit.

    Khairul Jasmi menulis tentang jejak rekam kehidupan Syekh Sulaiman Arrasuly yang dikenal dengan Inyiak Canduang. Sedangkan Akmal Nasery Basral menulis tentang sisi lain Buya Hamka. Dua novel ini diterbitkan oleh Republika Penerbit.

    Inyiak Canduang dikenal seorang ulama pendiri Persatuan Tarbiyah Islamiyah, yang lahir dan besar di lereng gunung. Waktu kecil, belajar mengaji ke Batu Hampar. Selanjutnya belajar hingga ke Makkah.

    Sulaiman kecil memang disiapkan menjadi orang besar. Menantang zaman, menjemput asa. Begitulah kisah dimulai oleh Khairul Jasmi dalam novel yang diberi judul Inyiak Sang Pejuang. Kisah-kisah jenaka Sulaiman kecil dipungut dan diceritakan menjadi enak dibaca.

    Melalui riset yang panjang, Khairul Jasmi menulis kisah-kisah kecil Inyiak Canduang dan diterbitkan Republika Penerbit di awal tahun ini. Menurut Khairul Jasmi, nama Inyiak Canduang sangat harum di seluruh penjuru negeri ini.

    "Banyak cerita yang segera hilang jika tidak dituliskan. Basis novel ini adalah sejarah lisan para murid-muridnya," ungkap pemimpin Harian Umum Independen Singgalang ini.

    Ketika diberi kesempatan membaca naskah awal, sudah terasa bahwa novel ini rangkuman kisah heroik yang pernah ada di tengah masyarakat.


    Sebagaimana cerita kehidupan kebanyakan, berangkat dari suka dan duka perjalanan seseorang. Seseorang itu kini dikenang karena sikap dan integritas perjuangannya serta ilmu pengetahuan agama, yang telah diberikan kepada para murid-muridnya. Murid-murid itu kini sudah banyak pula yang jadi profesor.

    "Kiprah di sidang konstituante, hingga bagaimana ia mengajar para murid, menjadi landasan penting agar generasi berikutnya bisa memakna perjalanan seorang pejuang," tutur Khairul Jasmi, suatu waktu.

    Menurut pengakuan Khairul Jasmi, ibunya belajar langsung dengan Inyak Canduang. Nama yang ia sandang kinipun adalah diberikan oleh Inyiak Canduang.

    Makanya, ia banyak bertanya kepada ummi dan teman-temannya yang pernah belajar ke Inyiak Canduang. Besar harapan, perjuangan para muridnya menjadikan Inyiak Canduang sebagai pahlawan nasional segera terwujud.

    Apa hebatnya novel ini bagi pembaca? Salah satu bocorannya, bagaimana kehidupan keluarga pada masa itu dan bagaimana Syekh Sulaiman Arrasuli berkonflik dengan pemerintah hindia belanda dalam perjuangan Syiar Islam yang dijalaninya. Begitu pula dengan para dukun dan tokoh adat yang sempat berhadapan dengannya. Cerita kian menarik karena klimaksnya Inyiak Canduang harus dibunuh.

    Taman Pujangga


    Sementara itu, menyambut hari kelahiran Buya Hamka ke-112 yang jatuh pada 17 Februari 2020, Republika Penerbit meluncurkan novel sejarah berjudul Setangkai Pena di Taman Pujangga.

    “Ini tentang Buya Hamka masa kanak-kanak sampai usia 30 tahun,” ujar sastrawan Akmal Nasery Basral yang menulis kisah ini.

    “Untuk kisah Buya usia 31 tahun sampai wafat akan ditulis dalam buku kedua Serangkai Makna di Mihrab Ulama yang insyaAllah akan terbit tahun ini juga,” lanjutnya.

    Syahruddin El Fikri, Pemimpin Redaksi Republika Penerbit yang juga Ketua Islamic Book Fair 2020 yang akan dihelat pada 26 Februari - Maret di Jakarta Convention Center mengatakan kisah hidup Buya Hamka tetap menarik minat baca umat Islam.

    “Oleh karena itu kami akan meluncurkan novel ini secara resmi melalui Grand Launching di JCC pada 1 Maret 2020, selain akan mengadakan bedah novel di Sumatera Barat sebagai kampung halaman Buya Hamka, mungkin di Padang atau kota-kota lain yang berminat. Apalagi Uda Akmal, penulis novel sejarah ini juga berdarah Minang.”

    Akmal Nasery Basral berdarah Bukittinggi (ibu) dan Lubukbasung (ayah) yang kini tinggal di Cibubur, Jawa Barat, sudah menghasilkan beberapa novel sejarah seperti Sang Pencerah (2010, kisah KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah), Presiden Prawiranegara (2011, kisah Mr Sjafruddin Prawiranegara memimpin Indonesia pada era PDRI 1948-1949), Napoleon dari Tanah Rencong (2013, kisah Hasan Saleh sebagai Panglima Militer DI/TII Aceh).

    Desember 2019 lalu pada Peringatan 15 Tahun Tsunami di Sigli, Aceh, Akmal meluncurkan novel berjudul Te o Toriatte (Genggam Cinta), kisah seorang gadis penyintas tsunami yang kini menjadi calon doktor ilmu komputer di Jepang. Novel ini sedang diterjemahkan ke dalam Bahasa Jepang oleh Hanako Ikeda dari Kyodo News Service. (cr)
    Komentar

    Tampilkan

    Terkini

    Story

    +
    -->